Tante Cantik Sedang Membalas Budi - Rina, 29 tahun, adalah seorang dari ibu rumah tangga dengan pada 2 orang anak 3 dan juga 5 tahun. Suaminya bernama, Herman, 36 tahun, adalah karyawan dari salah satunya perusahaan swasta besar di daerah Bandung. Perawakan Rina sebetulnya biasa saja seperti kebanyakan. Yang membuatnya hingga menarik adalah bentuk tubuhnya itu yang sangat terawat. Buah dadanya tidak begitu besar, tapi enak untuk di pandang, sesuai dengan pinggangnya yang sangat ramping dan juga pinggul nya yang begitu bulat. Kehidupan dalam rumah tangga mereka sangatlah harmonis.
Cerita Tante Cantik Sedang Membalas Budi
Dengan 2 anak yang sedang lucu-lucunya, ditambah dengan posisi Herman yang cukup tinggi di perusahaannya, membuat mereka menjadi keluarga yang cukup di hormati di lingkungan kompleks mereka tinggal. Rina pada dasarnya adalah istri yang sangat setia kepada suaminya.
Tidak pernah ada niat berkhianat terhadap Herman dalam hati Rina karena dia sangat mencintai suaminya. Tapi ada satu peristiwa yang menjadi awal berubahnya cara berpikir Rina tentang cinta.. Suatu siang, Rina sedang mengasuh anaknya di depan rumah. Dikarenakan kedua anaknya waktu itu berlari jauh dari rumah, maka Rina langsung mengejar mereka.
Tapi tanpa disengaja, kakinya menginjak sesuatu sampai akhirnya Rina terjatuh. Lututnya memar, agak mengeluarkan darah. Rina langsung berjongkok dan meringis menahan sakit. Pada waktu itu, Darmawan, anak tetangga depan rumah Rina kebetulan lewat mau pulang ke rumahnya.
Ketika melihat Rina sedang jongkok sambil meringis memegang lututnya, Darmawan langsung lari ke arah Rina. “Kenapa tante?” tanya Darmawan. “Aduh, lutut saya luka karena jatuh, Wan…” ujar Rina sambil meringis. “Bantu saya berdiri, Wan…” kata Rina. “Iya tante,” kata Darmawan sambil memegang tangan Rina dan dibimbingnya bediri.
“Wan, tolong bawa anak-anak saya kemari.. Anterin ke rumah saya, ya…” kata Rina. “Iya tante,” kata Darmawan sambil segera menghampiri anak-anak Rina. Sementara Rina segera pulang ke rumahnya sambil tertatih-tatih. Waktu Darmawan mengantarkan anak-anak Rina ke rumahnya, Rina sedang duduk di kursi depan sambil memegangi lututnya.
“Ada obat merah tidak, tante?” tanya Darmawan. “Ada di dalam, Wan,” kata Rina. “Kita ke dalam saja…” kata Rina lagi sambil bangkit dan tertatih-tatih masuk ke dalam rumah. Darmawan dan anak-anaknya mengikuti dari belakang. “Ma, Donny ngantuk,” kata anaknya kepada Rina.
“Tunggu sebentar ya, Wan. Saya mau antar mereka dulu ke kamar. Sudah waktunya anak-anak tidur siang,” kata Rina sambil bangkit dan tertatih-tatih mengantar anak-anaknya ke kamar tidur. Setelah mengantar mereka tidur, Rina kembali ke tengah rumah. “Mana obat merahnya, tante?” tanya Darmawan. “Di atas sana, Wan…” kata Rina sambil menunjuk kotak obat.
Darmawan segera bangkit dan menuju kotak obat untuk mengambil obat merah dan kapas. Tak lama Darmawan segera kembali dan mulai mengobati lutut Rina. “Maaf ya, tante.. Saya lancang,” kata Darmawan. “Tidak apa-apa kok, Wan. Tante Rina senang ada yang menolong,” kata Rina sambil tersenyum.
Darmawan mulai memegang lutut Rina dan mulai memberikan obat merah pada lukanya. “Aduh, perih…” kata Rina sambil agak menggerakkan lututnya. Secara bersamaan rok Rina agak tersingkap sehingga sebagian paha mulusnya nampak di depan mata Darmawan.
Darmawan terkesiap melihatnya. Tapi Darmawan pura-pura tak melihatnya. Tapi tetap saja paha mulus Rina menggoda mata Darmawan untuk melirik walau kadang-kadang. Hati Darmawan agak berdebar.. Biasanya dia hanya bisa melihat dari kejauhan saja lekuk-lekuk tubuh Rina.
Atau kadang-kadang hanya kebetulan saja melihat Rina memakai celana pendek. Darmawan biasanya hanya bisa membayangkan saja tubuh Rina sambil onani. Tapi kini, di depan mata sendiri, paha mulus Rina sangat jelas terlihat. Rina sepertinya sadar kalau mata Darmawan sesekali melirik ke arah pahanya.
Segera Rina merapikan duduknya dan juga menutup pahanya. Darmawanpun sepertinya terkesima dengan sikap Rina tersebut. Darmawan menjadi malu sendiri.. “Sudah saya berikan obat merah, tante…” kata Darmawan. “Iya, terima kasih,” kata Rina sambil tersenyum.
“Sekarang sudah mulai tidak terasa sakit lagi,” ujar Rina lagi sambil tetap tersenyum. Darmawan, 16 tahun, adalah anak tetangga depan rumah Rina. Masih duduk di bangku SMP kelas 3. Seperti kebanyakan anak laki-laki tanggung lainnya, Darmawan adalah sosok anak laki-laki yang sudah mulai mengalami masa puber.
“Kenapa kamu nunduk terus, Wan?” tanya Rina. “Tidak apa-apa, tante…” ujar Darmawan sambil sekilas menatap mata Rina lalu menunduk lagi sambil tersenyum malu. “Ayo, ada apa?” tanya Rina lagi sambil tersenyum. “Anu, tante.. Maaf, mungkin tadi sempat marah karena tadi saya sempat melihat secara tidak sengaja…” kata Darmawan sambil tetap menunduk.
“Lihat apa?” tanya Rina pura-pura tidak mengerti. “Lihat.. Mm.. Lihat ini tante,” kata Darmawan sambil tangannya mengusap-ngusap pahanya sendiri. Rina tersenyum mendengarnya. “Tidak apa-apa kok, Wan,” kata Rina. “Kan hanya melihat.. Bukan memegang,” kata Rina lagi sambil tetap tersenyum.
“Lagian, saya tidak keberatan kok kamu melihat paha tante Rina tadi,” kata Rina lagi sambil tetap tersenyum. “Kamu kan tadi sedang menolong saya memberikan obat,” kata Rina. “Benar tante tidak marah?” tanya Darmawan sambil menatap Rina. Rina menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. Darmawan pun jadi ikut tersenyum.
“Tante Rina sangat cantik kalau tersenyum,” kata Darmawan mulai berani. “Ihh, kamu tuh masih kecil sudah pintar merayu…” kata Rina. “Saya berkata jujur loh, tante,” kata Darmawan lagi. “Kamu sudah makan, Wan?” tanya Rina. “Belum tante. Saya pulang dari rumah teman tadi belum makan,” kata Darmawan.
“Makan disini saja, ya.. Temani saya makan siang,” ajak Rina. “Baik tante Rina, terima kasih,” kata Darmawan. Mereka menikmati makan siang di meja makan bulat kecil. Ketika sedang menikmati makan, tanpa sengaja kaki Darmawan menyentuk kaki Rina. Darmawan kaget, lalu segera menarik kakinya. “Maaf tante Rina, saya tidak sengaja,” kata Darmawan.
Daftar KiukiuDomino Minimal Depo : 50.000Rb
Ingin Daftar Permainan Games Judi Online Silahkan Saja Klik Dibawah Ini :
“Tidak apa-apa kok, Wan…” kata Rina sambil matanya nenatap Darmawan dengan pandangan yang berbeda. Ketika kaki Darmawan menyentuh kakinya, seperti terasa ada sesuatu yang berdesir dari kaki yang tersentuh sampai ke hati. Rina merasakan sesuatu yang lain akan kejadian tak sengaja itu.. Tiba-tiba Rina merasakan ada sesuatu keinginan tertentu muncul yang membuat perasaannya tidak menentu.
Sentuhan kaki Darmawan terasa begitu hangat dan membangkitkan suatu perasaan aneh.. “Kamu sudah punya pacar, Wan?” tanya Rina sambil menatap Darmawan. “Belum tante Rina,” kata Darmawan sambil tersenyum. “Lagian saya tidak tahu caranya mendapatkan perempuan,” ujar Darmawan lagi sambil tetap tersenyum.
Rina pun ikut tersenyum. “Pernah tidak kamu punya keinginan tertentu terhadap perempuan?” tanya Rina lagi. “Keinginan apa tante?” tanya Darmawan. Rina tersenyum. “Kita habiskan dulu makannya. Nanti kita bicara…” kata Rina. Selesai makan, mereka duduk-duduk di ruang tengah. “Kamu ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah tidak saat ini?” tanya Rina.
“Tidak ada, tante,” kata Darmawan. “Tadi tante Rina mau tanya apa?” kata Darmawan penasaran. “Begini, apakah kamu suka kepada wanita tertentu? Maksud saya suka kepada tubuh wanita?” tanya Rina. “Kita bicara jujur saja, ya.. Saya tidak akan bicara pada siapa-siapa kok,” kata Rina lagi. “Kamu juga mau kan jaga rahasia pembicaraan kita?” kata Rina lagi. “Iya, tante Rina,” kata Darmawan.
“Kalau begitu jawablah pertanyaan tante Rina tadi…” kata Rina sambil tersenyum. “Ya, saya suka melihat perempuan yang tubuhnya bagus. Saya juga suka tante karena tante cantik dan tubuhnya bagus,” kata Darmawan tanpa ragu. “Maksudnya tubuh bagus apa,” tanya Rina lagi. Darmawan agak ragu untuk menjawab.
“Ayolah…” kata Rina sambil memegang tangan Darmawan. Tangan Darmawan bergetar.. Rina tersenyum. “Mm.. Saya pernah.. Pernah lihat majalah Playboy, juga.. Juga.. Juga saya pernah lihat VCD porno.. Mm.. Mm.. Saya lihat banyak perempuan tubuhnya bagus…” kata Darmawan dengan nafas tersendat.
“Oh, ya? Di VCD itu kamu lihat apa saja,” kata Rina pura-pura tidak tahu, sambil terus menggenggam tangan Darmawan yang terus gemetar. “Mm.. Lihat orang sedang begituan…” kata Darmawan. “Begituan apa?” tanya Rina lagi. “Ya, lihat orang sedang bersetubuh…” kata Darmawan. Rina kembali tersenyum, tapi dengan nafas yang agak memburu menahan sesuatu di dadanya.
“Kamu suka tidak film begitu?” tanya Rina. “Iya suka, tante?” kata Darmawan sambil menunduk. “Mau coba seperti di film, tidak?” kata Rina. Darmawan diam sambil tetap menunduk. Tangannya makin gemetar. Rina mendekatkan tubuhnya ke tubuh Darmawan. Wajahnya di dekatkan ke wajah Darmawan. “Mau tidak?” tanya Rina setengah berbisik.
Darmawan tetap diam dan gemetar. Wajahnya agak tertunduk. Rina membelai pipi anak tanggung tersebut. Lalu diciumnya pipi Darmawan. Darmawan tetap diam dan makin gemetar. Rina terus menciumi wajah Darmawan, lalu akhirnya dilumatnya bibir Darmawan.. Lama-lama Darmawan pun mulai terangsang nafsunya. Dengan pasti dibalasnya ciuman Rina.
“Masukkan tangan kamu ke sini…” kata Rina dengan nafas memburu sambil memegang tangan Darmawan dan mengarahkannya ke dalam baju Rina. “Masukkan tangan kamu ke dalam BH saya, Wan.. Pegang buah dada saya,” kata Rina sambil tangannya meremas kontol Darmawan dari luar celana.
Sementara tangan Darmawan sudah masuk ke dalam BH Rina dan mulai meremas-remas buah dada Rina. “Mmhh.. Terus sayang…” kata Rina. “Tangan saya pegal, tante…” kata Darmawan polos. “Uhh.. Kita pindah ke kamar, yuk…” ajak Rina sambil menarik tangan Darmawan.
Sesampainya di dalam kamar.. “Buka pakaian kamu, Wan…” ujar Rina pun melepas seluruh pakaiannya sendiri. “Iya, tante…” kata Darmawan. Rina setelah melepas seluruh pakaiannya, segera naik dan telentang di tempat tidur. Darmawan terkesima melihat tubuh telanjang Rina.
Seumur-umur Darmawan, baru kali ini dia melihat tubuh telanjang wanita di depan mata. Apalagi wanita tersebut adalah wanita yang sering di bayangkannya bila onani. Kontol Darmawan langsung tegang dan tegak.. “Naik sini, Wan…” kata Rina. “Iya, tante…” kata Darmawan. “Sini naik ke atas tubuh saya…” kata Rina sambil mengangkangkan pahanya.
Darmawan segera menaiki tubuh telanjang Rina. Rina langsung melumat bibir Darmawan dan Darmawan pun langsung membalasnyanya dengan hebat. Sementara satu tangan Darmawan meremas buah dada Rina yang tidak terlalu besar. Sementara kontol Darmawan sesekali mengenai belahan memek Rina.
“Ohh.. Mmhh.. Terus remas.. Terus…” desah Rina sambil memegang tangan Darmawan yang sedang meremas buah dadanya, dan tangan mereka bersamaan meremas buah dadanya. “Ohh.. Sshh…” kata Rina. Darmawan pun dengan bernafsu terus meremas dan menciumi serta menjilati buah dada Rina. “Wan, jilati memek ya, sayang…” pinta Rina.
“Tapi saya tidak tahu caranya, tante,” kata Darmawan polos. “Sekarang dekatkan saja wajah kamu ke memek, lalu kamu jilati belahannya…” kata Rina setengah memaksa dengan menekan kepala Darmawan ke arah memeknya. Darmawan langsung menuruti permintaan Rina. Dijilatinya belahan memek Rina sampai tubuh Rina mengejang menahan nikmat.
“Ohh.. Mm.. Ohh.. Terus jilat, sayang…” desah Rina sambil meremas kepala Darmawan. “Wan, kamu jilati bagian atas sini…” kata Rina sambil jarinya mengelus kelentitnya. Lalu lidah Darmawan menjilati habis kelentit Rina.. Rina kembali menggelepar merasakan nikmat yang teramat sangat.
“Teruss.. Sshh.. Ohh…” desah Rina sambil badannya semakin mengejang. Pahanya rapat menjepit kepala Darmawan. Sementara tangannya semakin menekan kepala Darmawan ke memeknya. Tak lama.. “Ohh…” desah Rina panjang. Rina orgasme. “Sudah, Wan.. Naik sini,” kata Rina.
Darmawan lalu menaiki tubuh Rina. Rina lalu mengelap mulut Darmawan yang basah oleh cairan memeknya. Rina tersenyum, lalu mengecup bibir Darmawan. “Mau tidak kontol kamu saya hisap,” kata Rina. “Mau tante,” kata Darmawan bersemangat. “Bangkitlah.. Sinikan kontol kamu,” kata Rina sambil tangannya meraih kontol Darmawan yang tegang dan tegak.
Darmawan lalu mengangkangi wajah Rina. Rina segera mengulum kontol Darmawan. Tidak hanya itu, kontol Darmawan lalu dijilat, dihisap, lalu dikocoknya silih berganti. Darmawan tubuhnya mengejang menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Tangannya berpegangan pada pinggiran ranjang.
“Ohh.. Tantee.. Enaakk…” jerit kecil Darmawan sambil memompa kontolnya di mulut Rina. “Masukkin ke memek, sayang…” kata Rina setelah dia beberapa lama menghisap kontol Darmawan. Darmawan lalu mengangkangi Rina. Sementara tangan Rina memegang dan membimbing kontol Darmawan ke lubang memeknya. “Ayo tekan sedikit, sayang…” kata Rina.
Darmawan berusaha menekan kontolnya ke lubang memek Rina sampai akhirnya.. Bless.. Bless.. Bless.. Kontol Darmawan berhasil masuk dan mulai memompa memek Rina. Darmawan merasakan suatu kenikmatan yang tiada tara pada batang kontolnya. “Bagaimana rasanya, Wan?” tanya Rina sambil tersenyum dan menggoyang pantatnya.
“Ohh.. Sangat enakk, tanttee…” kata Darmawan tersendat sambil memompa kontolnya keluar masuk memek Rina. Rina tersenyum.. Setelah beberapa lama memompa kontolnya, tiba-tiba tubuh Darmawan mengejang. Gerakannya makin cepat. Rina karena sudah mengerti langsung meremas pantat Darmawan dan menekankannya ke memeknya.
Tak lama.. Crott.. Croott.. Croott.. Croott.. “Ohh.. Hohh…” desah Darmawan. Tubuhnya lemas dan lunglai di atas tubuh Rina. “Udah keluar? Bagaimana rasanya?” tanya tante Rina sambil memeluk Darmawan. “Sangat enak, tante…” kata Darmawan. ***** Itulah pengalaman nyata dari Rina yang saya paparkan sesuai dengan aslinya ditambah sedikit reka-reka sensual dari saya.
Menurut Rina, kejadian ini baru berjalan mulai 2 bulan yang lalu. Sampai saat ini mereka masih sering melakukan persetubuhan di rumah Rina setiap ada kesempatan. Menurutnya lagi, dalam satu hari/sepanjang siang, mereka biasanya bisa melakukan 2 kali persetubuhan, mungkin karena Darmawan masih muda.
Perlu dijelaskan bahwa menurut Rina, cintanya pada Herman tidak pernah berubah. Kejadian itu bermula tanpa ada niat dan keinginan. Terjadi begitu saja.
0 komentar:
Posting Komentar